Ibu Mertua Menjadikan Aku Budak Sex
- Domba Tersesat
- 9 Jul 2022
- 10 menit membaca
Diperbarui: 13 Jul 2022
Hidupku hanya menjadi laki-laki yang biasa dan aku sangat hobby berolahraga, sekitar tiga tahun yang lalu aku menikah dan menetap di rumah mertuaku. Hari-hari berlalu kami lewati tanpa adanya halangan walaupun sampai saat ini kami memang belum dianugrahi seorang anak pendamping hidup kita berdua. Kehidupan berkeluarga kami sangat baik, tanpa kekurangan apapun baik itu sifatnya maupun kehidupan seks kami. Tetapi memang nasib keluarga kami yang masih belum diberikan seorang momongan.
Di rumah itu kami tinggal bertiga, aku dengan istriku dan Ibu dari istriku. Sering aku pulang lebih dulu dari istriku, karena aku pulang naik kereta sedangkan istriku naik kendaraan umum. Jadi sering pula aku berdua di rumah mertuaku sampai istriku pulang. Mertuaku berumur sekitar kurang lebih 45 tahun, tetapi dia mampu merawat tubuhnya dengan baik, aktif dengan kegiatan sosial dan bersenam bersama Ibu-Ibu yang lainnya. Kadang-kadang kulit ibu mertuaku pakai baju tidur dan tanpa BH, melihat bentuk tubuh yang masih ada yang putih membuat kadang hilang akal sehat.
Pernah suatu hari, Ibu mertua selesai mandi hanya menggunakan sehelai handuk yang dililitkan ke tubuh. Gak lama dia keluar kamar mandi telpon langsung, sesampai dekat telpon ternyata Ibuku sudah mengangkatnya, dari belakang bentuk pangkal pahanya sampai di bawah kaki begitu bersih tanpa ada bekas goresan.
Aku diam melihat kaki Ibu mertuaku, dalam hati berpikir āKok, udah tua begini masih mulus aja ya..?ā.
Aku terhentak kaget begitu Ibu mertuaku menatap telepon, dan aku langsung berhambur masuk kamar, ambil handuk dan mandi. Selesai mandi aku membuat kopi dan langsung duduk di depan TV menonton acara yang lumayan untuk ditonton.
Gak lama ibu mertuaku nyusul ikutan nonton sambil ngobrol denganku.
āBagaimana kerjaanmu, baik-baik sajaā tanya Ibu mertuaku. āBaik, Bu. Lho Ibu sendiri bagaimanaā bertanya kembali. Kami ngobrol sampai istriku datang dan ikut ngobrol bareng kira-kira berdua.
Malam itu, jam 11.30 malam aku keluar kamar untuk minum, TV menyaksikan masih dan Ibu mertuaku di depan TV. Rok Ibu mertuaku tersibak sampai celana dalamnya terlihat sedikit. Kulihat kakinya begitu mulus, kuintip roknya dan terlihatlah potongan daging yang ditutup celana dalamnya.
Pengen banget rasanya kupegang dan kuremas vagina Ibu mertuaku itu, tapi buru-buru aku ke dapur ambil lalu bawa ke kamar. Sebelum masuk kamar sambil berjalan pelan kulirik Ibu mertuaku sekali lagi dan burungku langsung bereaksi.
Aku masuk kamar dan coba mengusir pikiranku yang mulai kerasukan ini. Aku telat bangun, kulihat istriku sudah tidak ada.
BACA JUGA : Anak bungsuku yang lihai

Langsung aku berlari ke kamar mandi, selesai mandi sambil mengeringkan rambut yang basah aku berjalan pelan dan tanpa sengaja kulihat Ibu mertuaku berganti baju di kamarnya tanpa menutup pintu kamar. Aku kembali diam tertegun menatap keseluruhan bentuk tubuh Ibu mertuaku. Cuma sebentar aku masuk kamar, berganti pakaian kerja dan segera berangkat.
Hari ini aku pulang cepat, di kantor juga nggak ada lagi kerjaan yang aku harus kerjakan. Sampai di rumah aku langsung mandi, membuat kopi dan duduk di pinggir kolam ikan. Sedang asyik ngeliatin ikan tiba-tiba kudengar suara teriakan, aku berlari menuju suara teriakan yang berasal dari kamar Ibu mertuaku. Langsung tanpa pikir panjang kubuka pintu kamar.
Kulihat Ibu mertuaku berdiri diatas kasur sambil teriak āAwas tikusnya keluar..!ā tandas Ibu mertuaku.
āMana ada tikusā gumanku. āLho.. kok pintunya dibuka terusā Ibu mertuaku kembali menegaskan. Sambil kututup pintu kamar kubilang āMana.. mana tikusnya..!ā. āCoba kamu lihat dibawah kasur atau disudut sana..ā kata Ibu mertuaku sambil menunjuk meja riasnya.
Kuangkat seprei kasur dan memang tikus kecil mencuit sambil melompat kearahku. Aku ikut kaget dan lompat ke kasur. Ibu mertuaku tertawa kecil melihat tingkahku dan mengatakan āKamu takut juga ya?ā.
Sambil berguman kecil kembali kucari tikus kecil itu dan sesekali melirik ke arah Ibu mertuaku yang sedang memegangi rok dan terangkat itu. Lagi enak-enaknya mencari tiba-tiba Ibu mertuaku kembali teriak dan melompat kearahku, ternyata tikusnya ada di atas kasur. Ibu mertuaku mendekapku dari belakang, bisa kurasakan payudaranya menempel di punggungku, hangat dan terasa kenyal-kenyal. Kuambil kertas dan kutangkap tikus yang udah mulai kecapaian itu trus kubuang keluar.
āUdah dibuang keluar belum?ā tanya Ibu mertuaku. āSudah, Bu.ā jawabku. āKamu periksa lagi, mungkin masih ada yang lain.. soalnya Ibu dengar suara tikusnya ada duaā tegas Ibu mertuaku. āwalah, tikus maen pake ajak temen segala!ā gumamku. Aku kembali masuk ke kamar dan kembali mengendus-endus dimana temennya itu tikus seperti yang dibilang Ibu mertuaku.
Ibu mertuaku duduk diatas kasur sedangkan aku sibuk mencari, begitu mencari di bawah kasur sepertinya tanganku ada yang meraba-raba diatas kasur. Aku kaget dan kesentak tanganku, ternyata tangan Ibu mertuaku yang merabanya, aku pikir temennya tikus tadi. Ibu mertuaku tersenyum dan kembali meraba tangaku. Aku memandang aneh kejadian itu, kubiarkan dia merabanya terus.
āGak ada tikus lagi, Bu..!ā kataku. Tanpa berkata apapun Ibu mertuaku turun dari kasur dan langsung memelukku. Aku kaget dan panas dingin.
Dalam hati aku berkata āKenapa nih orang?ā. Rambutku dibelai, diusap seperti seorang anak. Dipeluknya ku erat-erat seperti takut kehilangan.
āIbu kenapa?ā tanyaku. āAh.. nggak! Ibu cuma mau membelai kamuā jawabnya. āUdah ya.. Bu, belai-belainya..!ā kataku. āKenapa, kamu nggak suka dibelai sama Ibuā jawab Ibu mertuaku. āBukan nggak suka, Bu. Cumakan..?ā tanyaku lagi. āCuma apa, ayo.. cuma apa..!?ā potong Ibu mertuaku. Aku diam saja, dalam hati biar sajalah nggak ada ruginya kok dibelai sama dia.
Ibu mertuaku terus membelaiku, rambut trus turun ke leher sambil dicium kecil. Aku merinding menahan geli, Ibu mertuaku terus bergerilya menyusuri tubuhku. Kaosku diangkat dan dibukanya, pentil dadaku dipegang, diusap dan dicium.
Kudengar nafas Ibu mertuaku makin nggak beraturan. Dituntunnya aku keatas ranjang, mulailah pikiranku melanglang buana.
Dalam hati aku berpikir āJangan-jangan Ibu mertuaku lagi kesepian dan minta disayang-sayang ama laki-lakiā.
Aku tidak berani bertindak atau ikut melakukan seperti Ibu mertuaku lakukan kepada saya. Aku diatas ranjang dengan posisi terlentang, kulihat Ibu mertuaku terus masih mengusap-usap dada dan bagian perutku. BACA JUGA : Icha si tante yang liar
Dicium dan terus dielus, aku menggelinjang pelan dan berkata āBu, sudah ya..ā.
Dia diam saja dan tangan kananya masuk ke dalam celanaku, aku merengkuh pelan. Tangan kirinya berusaha untuk menurunkan celana pendekku. Aku beringsut untuk membantu menurunkan celana pendekku, tidak lama celanaku sudah lepas berikut celana dalamku.
Burungku sudah berdiri kencang, tangan kanan Ibu mertuaku masih memegang burungku dan menoleh kepadaku sambil tersenyum mesum. Kepala burungku diciumnya, tangan kirinya memijit bijiku, aku nggak tahan dengan gerakan yang dibuat Ibu mertuaku.
āAh, ah.. hhmmh, teruss..ā itu saja yang keluar dari mulutku.
Ibu mertuaku terus melanjutkan permainannya dengan mengulum burungku. Aku benar-benar terbuai dengan kelembutan yang diberikan Ibu mertuaku kepadaku. Kupegang kepala Ibu mertuaku yang bergerak naik turun.
Bibirnya benar-benar lembut, gerakan kulumannya begitu pelan dan teratur. Aku merasa seperti disayang, dicintai dengan Ibu mertuaku.
āAh, Bu.. aku nggak tahan lagi Bu..ā jelasku. āHhmm.. mmh, heh..ā suara Ibu mertuaku menjawabku.
Gerakan kepala Ibu mertuaku masih pelan dan teratur. Aku makin menggelinjang dibuatnya. Badanku menekuk, meliuk dan bergetar-getar menahan gejolak yang tak tahan kurasakan. Dan tak lama badanku mengejang keras.
Kurasakan nikmat yang amat sangat kurasakan, kulihat Ibu mertuaku masih bergerak pelan, bibirnya masih menelan burungku dengan kedua tangannya yang memegang batang burungku. Dia melihatku dengan tatapan sayunya dan kemudian kembali menciumi burungku, geli yang kurasakan sampai ke ubun-ubun kepala.
āBanyak banget kamu keluarnya, Do..!ā tanyaku Ibu mertuaku.
Aku terdiam lemas sambil melihat Ibu mertuaku datang menghampiriku dan memelukku dengan mesra. Aku balas pelukannya dan kucium dahinya. Kubantu dia membersihkan mulutnya yang masih penuh spremaku dengan menggunakan kaosku tadi. Aku duduk diranjang, telanjang bulat dan menghisap rokok. Sedang Ibu mertuaku, tiduran dekat dengan burungku.
āKenapa jadi begini, Bu..?ā tanyaku. āIbu cuma pengen aja kok..ā jawab Ibu mertuaku. Aku belai rambutnya dan kuelus-elus dia sambil berkata āIbu mau juga.?ā.
Dia menggangguk pelan, kumatikan rokokku dan terus kucium bibir Ibu mertuaku. Dia balas ciumanku dengan mesra, aku melihat tipe Ibu mertuaku bukanlah tipe yang haus akan seks, dia haus akan kasih sayang. Berhubungan badanpun sepertinya senang yang pelan-pelan bukannya seperti srigala lagi musim kawin.
Aku ikut pola permainan Ibu mertuaku, pelan-pelan kucium dia mulai dari bibirnya terus ke bagian leher dan belakang kupingnya, dari situ aku ciumi terus ke arah dadanya.
Kubantu dia membukakan pakaiannya, kulepas semua pakaiannya. Kali ini aku benar-benar melihat semuanya, payaudaranya masih sedikit mengencang, badannya masih bersih untuk seumurannya, kakinya masih bagus karena sering senam dengan teman-teman arisannya.
Kuraba dan kuusap semua badannya dari pangkap paha sampai ke payudaranya. Aku kembali ciumi dia dengan pelan dan beraturan. Payudaranya kupegang, kuremas pelan dan lembut, kucium putingnya dan kudengar desahan nafasnya.
Kunikmati dengan pelan seluruh bentuk tubuhnya dengan mencium dan membelai setiap inchi bagian tubuhnya. Puas di dada aku terus menyusuri bagian perutnya, kujilati perutnya serta memainkan ujung lidahku dengan putaran lembut membuat dia kejang-kejang kecil.
Tangannya terus meremas dan menjambak rambutku. Sampai akhirnya bibirku mencium daerah berbulu miliknya, kucium aroma vaginanya serta kujilati bibir vaginanya.
āOucchh.. terus sayang, kamu lembut sekali.. tee.. teruss..ā kudengar suaranya pelan.
Kumainkan ujung lidahku menyusuri dinding vaginanya, kadang masuk kadang menjilat membuat dia seperti ujung kenikmatan luar biasa. Kemudian ditariknya kepalaku dan melumat bibirku dengan panas. Dia kembali menidurkan aku dan terus dia menaikiku.
Dipegangnya kembali burungku yang sudah kembali siap menyerang. Diarahkan burungku ke lobang vaginanya dan slepp.. masuk sudah seluruh batangku ditelan vagina Ibu mertuaku. Diangkat dan digoyang memutar-mutar vaginanya untuk mendapatkan kenikmatan yang dia inginkan.
āAh.. uh, nikmat banget ya..!ā kata Ibu mertuaku.
Dengan gerakan seperti itu tak lepas kuremas payudaranya dengan pelan sesekali kucium dan kujilat. āAduh, Ibu nggak tahan lagi sayang..ā kata Ibu mertuaku.
Aku coba ikut membantu dia untuk mendapatkan kepuasan yang dulu mungkin pernah dia rasakan sebelum denganku. Gerakannya makin cepat dari sebelumnya, dan dia berhenti sambil mendekapku kembali. Kurangkul dia dan terus menggoyangkan batang burungku yang masih didalam dengan naik turun. āAhh.. ah.. ahhss..ā desah Ibu mertuaku. Kupeluk dia sambil kuciumi bibirnya. Dia diam dan tetap diatas dalam dekapanku. āEnak ya.. Bu. Mau lagi..?ā tanyaku. Dia menoleh tersenyum sambil telunjuknya mencoel ujung hidungku. āKenapa? Kamu mau lagi?ā canda Ibu mertuaku.
Tanpa banyak cerita kumulai lagi gerakan-gerakan panas, kuangkat Ibu mertuaku dan aku menidurkan sambil menciumnya kembali. Kutuntun dia untuk bermain di posisi yang lain. Kuajak dia berdiri di samping ranjangnya.
Sepertinya dia bingung mau diapain. Tetapi untuk menutupi kebingunggannya kucium tengkuk lehernya dan menjilati kupingnya. Kuputar badannya untuk membelakangiku, kurangkul dia dari belakang. Tangan kanannya memegang batang burungku sambil mengocoknya pelan.
Kuangkat kaki kanannya dan terus kupegangi kakinya. Sepertinya dia mengerti bagaimana kita akan bermain. Tangan kanannya menuntun burungku ke arah vaginanya, pelan dan pasti kumasukkan batang burungku dan masuk dengan lembut. BACA JUGA : Maaf, Kupinjam Suamimu Semalam ! Ibu mertuaku merengkuh nikmat, kutarik dan kudorong pelan burungku sambil mengikuti gerakan pantat yang diputar-putar Ibu mertuaku. Kutambah kecepatan gerakanku pelan-pelan, masuk keluar dan makin kepeluk Ibu mertuaku dengan dekapan dan ciuman di tengkuk lehernya.
āAh.. ah.. Dod.. Dodo, kammuu..!ā suara Ibu mertuaku pelan kudengar. āIbu keluar lagi.. Do..ā kata Ibu mertuaku.
Makin kutambah kecepatan sodokan batangku dan.., āAcchh..ā Ibu mertuaku berteriak kecil sambil kupeluk dia. Tubuhnya bergetar lemas dan langsung jatuh ke kasur. Kubalik tubuhnya dan kembali kumasukkan burungku ke vaginanya.
Dia memelukku dan menjepit pinggangku dengan kedua kakinya. Kuayun pantatku naik turun membuat Ibu mertuaku makin meringkih kegelian.
āAyo Dodo, kamu lama banget sih.. Ibu geli banget nih..ā kata Ibu mertuaku. āDikit lagi, Bu..!ā sahutku.
Ibu mertuaku membantu dengan menambah gerakan erotisnya. Kurasakan kenikmatan itu datang tak lama lagi. Tubuhku bergetar dan menegang sementara Ibu mertuaku memutar pantatnya dengan cepat. Kuhamburkan seluruh cairanku ke dalam vaginanya.
āAhhcckk.. ahhk.. aduhh.. nikmatnyaā kataku. Ibu mertuaku memelukku dengan kencang tapi lembut. āWaduh banyak juga kayaknya kamu keluarkan cairanmu untuk Ibu..ā kata Ibu mertuaku.
Aku terkulai lemas dan tak berdaya disamping Ibu mertuaku. Tangan Ibu mertuaku memegang batang burungku sambil memainkan sisa cairan di ujung batang burungku. Aku kegelian begitu tangan Ibu mertuaku negusap kepala burungku yang sudah kembali menciut. Kucium bibir Ibu mertuaku pelan dan terus keluar kamar terus mandi lagi.
Semenjak hari itu aku sering mengingat kejadian itu. Sudah empat hari Ibu mertuaku pergi dengan teman-temannya acara jalan-jalan dengan koperasi Ibu-Ibu di daerah itu. Jam 05.00 sore aku sudah ada di rumah, kulihat rumah sepi seperti biasanya.
Sebelum masuk ke kamar tidurku kulihat kamar mandi ada yang mandi, aku bertanya āSiapa didalam?ā.
āIbu! Kamu sudah pulang Do..ā balas Ibu mertuaku. āO, iya. Kapan sampainya Bu?ā tanyaku lagi sambil masuk kamar. āBaru setengah jam sampai!ā jawab Ibu mertuaku.
Kuganti pakaianku dengan pakaian rumah, celana pendek dan kaos oblong. Aku berjalan hendak mengambil handukku untuk mandi. Begitu handuk sudah kuambil aku berjalan lagi ke kamar mau tidur-tiduran dulu sebelum mandi.
Lewat pintu kamar mandi kulihat Ibu mertuaku keluar kamar mandi dengan menggunakan handuk yang dililitkan ke badannya. Aku menunduk coba untuk tidak melihatnya, tetapi dia sengaja malah menubrukku.
āKamu mau mandi ya?ā tanya Ibu mertuaku. āIya, emang Ibu mau mandi lagiā? candaku.
Dia langsung peluk aku dan cium pipi kananku sambil berbisik dia katakan āMau Ibu mandiin nggak!ā.
āEh, Ibu. Emang bayi pake dimandiin segalaā balasku. āAyo sini.. biar bersih mandinya..ā jawab Ibu mertuaku sambil menarikku ke kamar mandi.
Sampai kamar mandi aku taruh handukku sedangkan Ibu mertuaku membantu melapaskan bajuku. Sekarang aku telanjang bulat, dan langsung mengguyur badanku dengan air.
Ibu mertuaku melepaksan handuknya dan kita sudah benar-benar telanjang bulat bersama. Burungku mulai naik pelan-pelan melihat suasana yang seperti itu.
āEh, belum diapa-apain sudah berdiri?ā kata Ibu mertuaku sambil nyubit kecil di burungku.
Aku mengisut malu-malu diperlakukan seperti itu. Kuambil sabun dan kugosok badanku dengan sabun mandi. Kita bercerita-cerita tentang hal-hal yang kita lakukan beberapa hari ini. Si Ibu bercerita tentang teman-temannya sedangkan aku bercerita tentang pekerjaan dan lingkungan kantorku.
Ibu mertuaku terus menyabuni aku dengan lembut, sepertinya dia lakukan benar-benar ingin membuatku mandi kali ini bersih. Aku terus saja bercerita, Ibu mertuaku terus menyabuni aku sampai ke pelosok-pelosok tubuhku. Burungku dipegangnya dan disabuni dengan hati-hati dan lembut.
Selesai disabun aku guyur kembali badanku dan sudah itu mengeringkannya dengan handuk. Begitu mau pakai celana Ibu mertuaku melarang dengan menggelengkan kepalanya. Aku lilitkan handukku dan kemudian ditariknya tanganku ke kamar tidur Ibu mertuaku.
Sampai di kamar aku didorongnya ke kasur dan segera dia menutup pintu kamarnya. Aku tersenyum melihatnya seperti itu, dia lepaskan handuk di badannya dan di badanku. Burungku memang sudah hampir total berdiri.
Selepasnya handukku dia langsung mengulum burungku, aku terdiam melihatnya bergairah seperti itu. Cuma sebentar dia ciumi burungku, langsung dia menaikku dan memasukkan burungku ke vaginanya. Dalam hati aku berpikir kalau Ibu mertuaku memang sudah kangen banget melakukannya lagi denganku.
Dia angkat dan dia turunkan pantatnya dengan gerakan yang stabil. aku pegang dan remas-remas payudaranya membuat dia seperti terbang keawang-awang.
Gerakannya makin cepat dan bersuara dengan pelan āOh.. oh,.ahcch..ā. Dan tak lama kemudian badannya menegang kencang dan jatuh ke pelukkanku. Kupeluk dia erat-erat sambil mengatakan āWaduh.. enak banget ya?ā. āHe-eh, enakā balasnya. āEmang ngeliat siapa disana sampai begini?ā tanyaku. āAh, nggak ngeliat siapa-siapa, cuma kangen aja..ā balas Ibu mertaku.
Kali ini aku kembali bergerak, kuciumi dia terlebih dahulu sambil kuremas payudaranya. Kubuat dia mendesah geli dan kubangkitkan lagi gairahnya kembali. Sampai di daerah vaginanya, kujilati dinding vaginanya sambil memainkan lobang vaginanya.
Ibu mertuaku kadang merapatkan kakinya mendekapkan wajahku untuk masuk ke vaginanya.
āAyo ah.. kamu ngebuat Ibu gila nantiā kata Ibu mertuaku. Aku beranjak berdiri dan menidurnya sambil mengarahkan burungku masuk ke dalam vaginanya. Pelan-pelan aku goyangkan burungku, kadang kutekan pelan dengan irama-irama lembut.
Tak lama masuk sudah burungku ke dalam dan Ibu mertuaku mendesis kayak ular cobra. Kugoyang pantatku, kunaikkan dan kutekan kembali burungku masuk ke dalam vaginanya.
Aku terus bergerak monoton dengan ciuman-ciuman sayang ke arah bibir Ibu mertuaku. Ibu mertuaku hanya mengeluarkan desahan-desahan dengan matanya yang merem melek. Kulihat dia begitu nikmat merasakan burungku ada dalam vaginanya.
Dia jepit pinggangku dengan kedua kakinya untuk membantuku menekan batang burungku yang sedari tadi masih terus mengocok lobang vaginanya.
āAku nggak kuat, Do..ā desah ibu mertuaku. Aku semakin menambah kecepatan gerakanku apalagi setelah Ibu mertuaku memintaku untuk keluar berbarengan, aku menggeliat menambah erotis gerakanku. āAcchh.. sshh.. ah.. ohā desah Ibu dengan dibarengi pelukannya yang kencang ke badanku.
Tiba-tiba kurasakan cairanku ikut keluar dan terus keluar masuk ke dalam vagina Ibu mertuaku. Aku benar-benar puas dibuat Ibu mertuaku, sepertinya cairanku benar-benar banyak keluar dam membasahi lubang dan dinding vagina Ibu mertuaku.
Ibu mertuaku masih memelukku erat dan menciumi leherku dengan kelembutan. Aku beranjak bangun dan mencabut batang burungku, kulihat banyak cairan yang keluar dari lobang vagina Ibu mertuaku.
āMungkin nggak ketampung makanya tumpahā, kataku dalam hati. Aku pamit dan langsung ke kamar mandi membersihkan badan serta burungku yang penuh dengan keringat serta sisa sperma di batangku.
Itulah terakhir kali kami melakukan perbuatan itu bersama. Sebenarnya aku berusaha untuk menghindar, tapi kita hanyalah manusia biasa yang terlalu mudah tergoda dengan hal itu. Ibu mertuaku pindah ke rumah anaknya yang sulung, aku tahu maksud dan tujuan.
Tetapi istriku tidak menerimanya dan berprasangka bahwa istriku tidak mampu menjaga ibunya yang satu itu. BACA JUGA : Tante menggodaku di tempat fitness
Comments